[Bukan Cerita Cengeng] Cerita Ayah dan Anak yang Membuatmu Tersenyum Sekaligus Tersentuh

04:39 0 Comments

Cerita pendek ini merupakan cerita seorang Ayah yang mendapatkan pelajaran dari putranya, ini merupakan cerita yang cukup menarik dan mendidik. Ingat, bukan cerita cengeng kayak sinetron Indonesia. Selamat membaca.

Ayah 

Velan adalah seorang tukang kayu. Dia tinggal di sebuah desa. Ibunya sudah lama meninggal, jadi dia hanya tinggal dengan Ayahnya, Kuppan nama Ayahnya. Kuppan sudah tua dan sakit-sakitan. Bahkan dia sangat lemah, berjalan pun harus di papah. Itu karena anaknya, Vellan, kurang merawatnya dengan baik. Sedikit memberinya makan.

Velan orang yang tidak baik, jahat, dan pemarah. Dia suka minum-minuman keras dan sering mabuk dibuatnya. Seringkali setelah dia mabuk, dia menyakiti Ayahnya sendiri.

Velan sudah menikah dan memiliki seorang putra. Nama putranya Muthu. Muthu anak baik berumur 10 tahun, dia sangat berbeda dengan Ayahnya. Dia sangat menyayangi Kakeknya. Dia sangat menghormati Kakek tercintanya tersebut. Mungkin mengikuti almarhum Ibunya, Kehlen.

Ibunya Muthu meninggal saat Muthu berumur 4 tahun karena kecelakaan. Ibunya dibunuh pencopet saat perjalanan pulang dari membeli keperluan dapur. Ibunya merupakan wanita dan seorang istri yang baik hati sekaligus penyayang keluarga.

Suatu hari ketika Kuppan sedang sarapan menggunakan piring yang terbuat dari tanah, yang mana piring tersebut merupakan pemberian dari putranya, Velan. Karena sudah tua dan kurang awas, piring tersebut jatuh dan kemudian pecah. Nasi tercecer di lantai. Velan yang sedang bekerja di ruangan sebelah, mendengar dan kemudian marah besar kepada Ayahnya. Dia mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan seorang anak kepada Ayahnya. Kakek Muthu sangat sedih dan sakit hati atas perlakuan putranya. Dia merasa tidak terhormat didepan anaknya sendiri.

Putra Velan, Muthu melihat kejadian tersebut. Dia sangat berbeda dengan Ayahnya. Ayahnya memperlakukan Kakek Muthu dengan tidak pantas. Muthu sangat ketakutan untuk melontarkan kata-kata kepada Ayahnya agar tidak berbuat seperti itu terhadap Kuppan, sang kakek. Akan tetapi Muthu tetap berusaha semampunya untuk menenangkan hati Kakeknya.

Pada hari berikutnya, Muthu ke ruang kerja Ayahnya. Dia memahat kayu dengan peralatan milik Ayahnya. Dia membuat sebuah piring dari kayu.

"Kamu membuat apa Muthu? tanya sang Ayah.

"Saya membuat piring dari kayu Ayah!" Jawab Muthu.

"Piring kayu! Untuk apa?" tanya Ayanya.

Ayah
"Saya membuatkan untukmu Ayah. Ketika Ayah sudah sangat tua, seperti Kakek, kamu membutuhkan piring untuk makan. Piring yang terbuat dari tanah sangat rapuh, Ayah. Jadi, Saya mungkin akan marah besar kepada Ayah ketika Ayah memecahkannya. Jadi Saya ingin membuatkanmu piring dari kayu. Mungkin saja ini lebih kuat daripada piring yang terbuat dari tanah, Ayah."

Si tukang kayu tersebut merasa ditampar oleh putranya ketika mendengar jawabannya. Baru saja dia menyadari kesalahannya. Dia sadar bahwa ayahnya, Kuppan, merawat dia dengan baik. Sekarang dia sudah tua, sedangkan Velan memperlakukannya dengan tidak baik. Dia menyadari sepenuhnya semua kesalahannya. Kemudian dia merubah semua perilakunya.

Semenjak itu, Velan memperlakukan Ayahnya dengan sebesar-sebesarnya hormat seorang Anak kepada orang tua. Dia juga berhenti total untuk minum alkohol. Velan telah mendapatkan pelajaran yang berharga dari putranya.
"You should honor your parents at all times. It is your duty. It brings you their blessings."

Mahin

Manusia yang terus usil dan ingin terus berkarya. :) Jadi dukung keusilan saya dengan like G+ dan Facebook ya. Apalagi dengan share sekalian. Anda pasti makhluk terindah yang pernah saya temui melalui tulisan di blog ini.

0 komentar: